1. Ikhwa sifatnya keras dan tegas. Sifat
keras dan tegas memang baik untuk seorang ikhwa apalagi sebagai pemimpin, tapi
yang akhawat lihat ikhwa terkadang
menempatkan hal tersebut tidak
sesuai pada tempatnya. Tapi terkadang
juga menempatkannya pada posisi yang benar.
Tanggapan
:
Mungkin
yang dimaksud diawal kepengurusan. Untuk urusan yang seperti ini ikhwah
kira Akhawat sudah terbiasa di Himpunan.
Jadi,menurut ikhwah ini sudah biasa.
2.
Masih
susah menerima pendapat orang lain jika merasa pendapat sendiri sudah benar.
Padahal yang akhawat tahu seorang pemimpin itu bisa mempertimbangkan semua
pendapat atau menampung dulu pendapat – pendapat
dari beberapa orang setelah itu ambil jalan tengah - tengah yang bisa membuat
kedua belah pihak merasa senang dengan keputusan yang diambil.
Tanggapan
:
Bukan
sulit menerima pendapat / usulan. Kami berusaha semaksimal mungkin dalam
“menghemat” jalannya musyawarah jadi tentu ada pendapat yang tidak diterima.
Lagi pula sepengetahuan Ikhwah, pemimpinlah yang membuat keputusan dalam suatu
musyawarah. Sedangkan, yang dipimpin cukup mengusulkan pendapat. Dan jika ada
pendapat yang dinilai bagus,kenapa tidak untuk dipertimbangkan (diambil)?
Tentunya dilihat lagi dari segi maslahat dan mudharat nya. Jadi,kaidah
musyawarah itu tetap berlapang dada ketika usulan dari yang dipimpin tidak
diterima, bukan semua pendapat yang ada
diterima begitu saja (demokrasi). Kalau begitu apa bedanya dengan di
Himpunan ? Inilah mungkin yang membuat musyawarah Ikhwah maupun akhawat berjalan
lama. Sehingga, perlu langkah taktis dalam memimpin sebuah musyawarah. Dari
pada lama ?
3.
Mudah
menyalahkan orang. (1 contoh dalam periode ini, ikhwa kalau melihat akhawat
tidak tahu mengerjakan amanah langsung dikatakan tidak berguna padahal akhawat
selalu berusaha amanah dan berupaya menjalankan
amanah dengan maksimal, saat dikatakan seperti itu akhawat merasa benar-benar
tidak berguna sampai menangis) , begitupun terhadap pengurusnya di ikhwa, kalau
ikhwa merasa pengurusnya tidak mengerjakan amanah sudah keluar lagi kata-kata
tidak berguna mungkin atau ada penyesalan di ikhwa karena telah salah memilih
orang dalam kepanitiaan. Padahal sebagai seorang pemimpin bagaimanapun kondisi
yang dipimpin tidak boleh berkata seperti itu justru itu adalah sebuah tanggung
jawab yang besar yang harus diperbaiki dan diajarkan kepada orang yang dipimpin
untuk menjadi yang lebih baik. Karena bisa jadi kata-kata pertama yang disampaikan
membuatnya sakit hati.
Tanggapan:
-
4.
Sering
tergesa-gesa. Begitupun tergesa-gesa dalam mengambil keputusan dan tergesa-gesa
dalam menarik kesimpulan. Sifat
tergesa-gesa itu buruk dan dalam agama juga dilarang. Dalam mengerjakan sesuatu kalau tergesa-gesa memang
ada hasilnya tapi kemungkinan besar yang didapatkan adalah hasil yang tidak
bagus, hanya 15% yang bisa didapatkan hasil yang bagus. Dan itu yang akhawat
lihat masih dominan di ikhwa.
Tanggapan
: Ayah Edi mengatakan,” Orang yang melakukan pekerjaan dan dibatasi oleh waktu
memang terkadang tergesa – gesa .Namun, ini bertanda baik. Karena dia
menggunakan otak kanannya”.
5.
Jadilah
orang yang disegani bukan ditakuti.
Karena ikhwa punya banyak bakat dan berpotensi.
Tanggapan
: Biasa saja.
6.
Ikhwa
on time dan tidak suka jika ada pengurus yang tidak ontime. Tapi kadang juga
tidak, karena akhwat juga sering menunggu lama sampai ikhwa datang.
Tanggapan: Saran yang bagus. Perlu
perbaikan ke depan.
7.
Bertanggung
jawab dan bisa dipercaya. Tanggapan :
Bukankah Rasullullah saja sendiri nyata – nyata diakui dan digelari Al – Amin
oleh Kaum kafir Quraisy ???
8.
Selalu
menjaga kebersihan di Mushalla istiqamah maupun di meskam.
Tanggapan
: Benar, karena waktu itu akhawat yang sediakan konsumsi pada saat men-cat
Mushallah Istiqamah. Untuk kebersihan Mushallah Istiqamah, memang lebih baik ikhwah dibanding Akhawat karena Akhawat sangat
sedikit inisiatifnya untuk berperan menjaga kebersihan Mushallah Istiqamah.
Bahkan kami pernah ditegur oleh warga pada saat momen LPJ karena ruangan di
Akhawat begitu kotor.
9.
Tidak
menyukai orang-orang yang berjiwa pemalas, pengeluh dan sejenisnya.
Tanggapan:
semua orang akan sepakat dengan
pernyataan diatas.
10. Penuh semangat dalam menjalankan
amanah.
Tanggapan:
Tidak juga, karena terkadang ada juga hal – hal yang membuat kami merasa bosan.
11. Terkadang rasa optimis untuk mengerjakan suatu kegiatan bisa pudar
hanya karena melihat waktu kegiatan tidak mendukung.
Tanggapan:
Oleh nya,kami perlu banyak variasi dalam melakukan kegiatan yang waktunya
sangat mepet. Diantaranya adalah membuat tiket lalu membungkusnya dengan
plastik bening agar kelihatan “cantik” dan
memancing kondisi psikologis dari akhawat supaya bersungguh – sungguh
dalam melakukan kegiatan ini. Hal ini yang sering kami lakukan selama
kepengurusan hanya mungkin akhawat tidak sadar.
12. Mungkin ikhwa lebih mendahulukan
kegiatan yang diamanahkan di mpm dibandingkan di rohis bem. Karena pernah saat
kegiatan sigma bertepatan dengan kegiatan yang dilaksanakan di teknik (khass),
ikhwa selalu membuat jadwal musyawarah yang bersamaan dengan jadwal musywarah
di mpm, waktu dan tempat sama, dan setelah waktunya ikhwa selalu mendahulukan
musyawarah di mpm, jadi akhawat selalu menunggu selesainya ikhwa musyawarah.
Seharusnya kan bisa ambil waktu lain untuk musyawarah dengan akhawat, kenapa
harus disamakan?
Tanggapan:
Ini saran yang baik. Kaidah amanah itu semua sama hanya saja masalah pengaturan
waktu yang ke depan nya tentu perlu kami perbaiki.
13. Setiap ada masalah antara ikhwa dan
akhawat, cepat sekali disampaikan ke pembinanya (cerewet) sampai-sampai masalah yang kecil bisa menjadi besar ketika
ikhwa sudah sampaikan ke pembinanya ikhwa. Karena pembinanya ikhwa juga cerewet
menyampaikan ke Pembina akhawat dan ke ketum akhawat mpm sehingga dari situ
tersebar lagi ke beberapa akhawat sampai banyak yang tahu masalah antara ikhwa
dan akhawat. Akhawat selalu malu jika
hal-hal seperti itu tersebar ke banyak akhawat. Akhawat sebenarnya tidak suka.
Jadi baiknya diselesaikan dulu secara baik-baik antara ikhwa dan akhawat.
Taggapan:
Ini benar. Dan mungkin akhawat bisa melihat bagaiman Pembina di akhawat bekerja
(mungkin lebih cerewet).
14. Akhawat lihat ikhwa kadang berjanji
atau mengatakan iya tanda bisa atau sepakat tapi tidak mengatakan insya Allah.
Padahal bisa jadi, awalnya kita meng- iya kan atau bisa tapi kemudian tiba – tiba tidak bisa maka ikhwa berdosa
karena Rasulullah pun pernah ditegur oleh Allah karena tidak mengatakan insya
Allah saat berjanji atau sejenisnnya.
Tanggapan
: Ini saran yang baik.
15. Sesuatu yang diinginkan harus ada, tidak boleh tidak. Akhawat masih tidak paham, apakah ikhwa jika meminta atau
membutuhkan sesuatu ke akhawat apakah ikhwa memikirkan kondisi akhawat saat itu
? Karena kadang ikhwa tiba-tiba meminta sesuatu
dan harus ada, dan waktu yang diberikan pun sangat sedikit seperti 10
menit mungkin atau hanya 15 menit, tidak mungkin-kan akhwat sanggup
menjalankannya kalau berada jauh dari kampus. Dan mungkin hal itu juga
dilakukan ke pengurus-pengurus nya ikhwah jika ada yang diminta harus ada dan
cepat.
Tanggapan
: Tentu ikhwah memikirkan kondisi di akhawat saat itu. Olehnya tetap di beri
waktu yang sedikit. Sekiranya akhawat menyatakan tidak bisa, jelas Ikhwah tidak
paksakan. Sebagai ilustrasi, seminar Islam Akbar. Kami meminta taplak di
Akhawat hanya 10 menit. Karena waktu itu sangat mendesak dan sangat
penting.Jadi,ikhwah beri waktu sekitar hanya 10 – 15 menit.
16. Yang akhawat lihat dan pahami hanya
sebatas ini, boleh jadi ada yang benar dan bisa jadi pula semuanya salah
menurut ikhwa. Selebihnya sudah bagus dan harus dipertahankan.
Saran – saran
seperti ini sangat bermanfaat. Tidak perlu untuk menafsirkan yang berlebih.
Cukup dibaca dan direnungi. Dan tentunya akan bermanfaat lagi jika terjadi
perubahan perilaku pada diri ke depannya.
0 komentar:
Posting Komentar